Minggu, 26 Mei 2013

Gedung Juang 45 Tambun Bekasi

Gedung Juang 45
Gedung yang ada di bilangan Tambun ini, tepatnya di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. Gedung ini sekarang keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Pemkab Bekasi pun terlihat tidak memberikan perhatian terhadap gedung merupakan bagian dari sejarah keberadaan kota Bekasi ini.
Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. Pada masa perang kemerdekaan, gedung tinggi ini menjadi markas pasukan Republik dan menjadi target serangan pesawat tempur Belanda. Anehnya, peluru meriam yang dijatuhkan tidak meledak dan hanya menimbulkan kerusakan kecill.
KARAWANG-BEKASI

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
tidak bisa teriak “Merdeka” dan angkat senjata lagi.
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,
terbayang kami maju dan mendegap hati ?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu.
Kenang, kenanglah kami.

Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu nyawa

Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan

Atau jiwa kami melayang untuk kemerdekaan kemenangan dan harapan
atau tidak untuk apa-apa,
Kami tidak tahu, kami tidak lagi bisa berkata
Kaulah sekarang yang berkata

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika ada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kenang, kenanglah kami
Teruskan, teruskan jiwa kami
Menjaga Bung Karno
menjaga Bung Hatta
menjaga Bung Sjahrir

Kami sekarang mayat
Berikan kami arti
Berjagalah terus di garis batas pernyataan dan impian

Kenang, kenanglah kami
yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Krawang-Bekasi

Chairil Anwar (1948)

Saat ini saya kembali berkontemplasi akan banyaknya peninggalan sejarah Bekasi yang tak terurus bahkan hampir terlupakan. Seakan merasa terpanggil bahwa saya harus turut ambil bagian untuk mengumpulkan kembali semua hal yang terserak hingga menyatu dan tersusun dalam keadaan yang seharusnya. Bekasi kota kenangan, di sanalah segala rasa itu singgah.

Sumber : http://megatrishutap.wordpress.com/2013/01/22/menemukan-jejak-jejak-sejarah-bekasi-yang-terbengkalai/

Monumen BekasI


Pertama monumen tonggak berdirinya Bekasi terletak di Jalan.Veteran, depan Kompleks Kodim 0507. Berbentuk tugu segi lima dengan tinggi 5,8 meter, berdiri di tengah lapangan yang dikelilingi pagar lima persegi setinggi 1 meter. Dominasi angka lima melambangkan sebagai lima dasar Negara, yaitu Pancasila. Di tempat ini pernah terjadi sebuah peristiwa penting, yakni digelarnya rapat akbar yang diikuti oleh sekitar 40.000 warga Bekasi pada tanggal 17 Januari 1950. Rapat akbar tersebut dipimpin langsung oleh KH. Noer Ali, yang menyatakan bahwa rakyat Bekasi setia kepada Pemerintahan Republik Indonesia dan keinginan untuk memisahkan diri dari Karisidenan Jatinegara, mandiri menjadi Kabupaten Bekasi. Kondisi monumen tersebut cukup terawat, hanya saja tidak ada petunjuk apapun di lokasi yang mengisahkan tentang sejarah tugu perjuangan tersebut.
Kedua, monumen yang terletak di Jalan Agus Salim, posisinya tepat di tengah jalan pertigaan. Daerah tersebut dikenal sebagai kampung tugu. Bentuknya segi empat setinggi 210 cm. Puncaknya atau yang biasa disebut sebagai kepala tugu setinggi 75 cm. Di puncak tugu tersebut, dilengkapi dengan pecahan peluru, mortir, granat tangan, sepucuk pistol genggam milik pejuang, tepat di tengah ada sebuah botol tanpa tutup, konon didalamnya berisi gulungan kertas yang bertulis nama-nama pejuang. Dasar tugu berbentuk segi tiga dan di kelilingi rantai. Tugu ini dibangun pada 13 Desember 1949 untuk memperingati pembumihangusan Bekasi pada 13 Desember 1949 atau yang dikenal sebagai peristiwa “Bekasi Lautan Api”. Menurut Budayawan Unisma Bekasi, Abdul Khoir, tugu ini dibangun atas prakarsa seorang tokoh pejuang Bekasi, Moh. Husain Kamalay. “Di dalam botol ada gulungan kertas yang berisi nama-nama pejuang yang membangun tugu tersebut,” terang Khoir.
Ketiga, di bumi perkemahan Bekasi yang berada di kompleks GOR Bekasi, Jalan. A.Yani juga terdapat Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi. Masyarakat Bekasi lebih mengenalnya sebagai tugu pramuka. Wajar, sebab tidak ada penanda apapun semisal plang atau papan yang mengisahkan tentang monumen yang dibangun pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah tahun 1978. Monumen ini dibangun di atas kolam air berbentuk segi lima, di bagian depan ada lima buah setinggi 17 meter yang melambangkan Pancasila dan hari kemerdekaan. Dibelakangnya terdapat relief yang mengambarkan perjuangan rakyat Bekasi dalam empat periode. Sayangnya kondisinya pun memprihatinkan, kumuh dan tekesan tidak terawat. Jika malam hari kerap dijadikan tempat mesra bagi muda-mudi, sebab suasananya yang remang-remang.
Keempat, ada monumen di Makam Pahlawan Bulak Kapal yang luasnya 8.350 meter persegi, dibangun pada tahun 1966. Tidak ada data yang pasti tentang siapa saja yang dikuburkan di makam pahlawan ini.
Kelima, di Kabupaten Bekasi terdapat juga monumen Bambu Runcing. Terletak di pertigaan jalan Warung Bongkok, Desa Suka Danau, Kecamatan Cibitung. Berbentuk bambu runcing dibangun pertama kali pada tahun 1962 oleh prakarsa Leguin Veteran RI mengunakan bambu yang diisi dengan kayu. Tugu ini direnovasi mengunakan besi rel kereta api pada 10 Agustus 1970 dan diresmikan bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1970. Di tempat ini pernah terjadi pertempuran hebat yang menewaskan banyak pejuang. Ada juga gedung tinggi Tambun yang teletak di Jalan Diponegoro, Kabupaten Bekasi.
Keenam, Monumen Kali Bekasi yang terletak di samping jembatan Kali Bekasi Jalan Djuanda, dekat Stasiun Bekasi. Di tempat ini pernah terjadi pembantaian 90 tentara Jepang oleh Pejuang Bekasi pada tanggal 18 Agustus 1945. Atau terkenal dengan “Tragedi Kali Bekasi”, Hal ini membuat Soekarno mengunjungi Bekasi untuk menenangkan rakyat supaya tidak meluas menjadi kerusuhan rasial. Di tempat ini, kerap dikunjungi orang-orang Jepang untuk melakukan acara tabur bunga. Sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari Pemkot Bekasi terkait dengan makna filosofi dari bangunan tersebut. Dahulu Kali Bekasi juga merupakan tempat pemenggalan para penjajah Belanda oleh rakyat Bekasi yang akhirnya sempat mengubah air di kali ini berubah warnanya menjadi merah pekat.


SUMBER :  http://megatrishutap.wordpress.com/2013/01/22/menemukan-jejak-jejak-sejarah-bekasi-yang-terbengkalai/

LAGU WAJIB



GUGUR BUNGA
DI TAMAN BAKTI

Betapa hatiku tak’kan rindu  telah gugur pahlawanku
Betapa hatiku tak akan sedih hamba ditinggal sendiri
Siapa kini pelipur lara nan setia dan perwira
Siapakah kini pahlawan hati pembela bangsa sejati
Telah gugur pahlawanku tunai sudah janji bakti
Gugur satu tumbuh s’ribu tanah air jaya pasti
Gugur bungaku di taman bakti di hariba an pertiwi
Harum semerbak menambahkan sari tanah air jaya sakti



Penerbit:Ismail Mz.